Wednesday, August 13, 2008

No Pain No Fame

I'm just so confused
she seemed so into it
but then she blew me off

and so i fell
heartbroken and devastated
but then again, im a man
i get over it

once i got over it, she did it again
seduced me all over again
she never really wants me
she just dont want to lose her fame
so i can feel the pain

she acts like she wants it
she talks like she wants it
so i say, screw this bitch..

i fell,
heartbroken and devastated
but then again, im a man
i'll get over it

surely i will..
but still, you'll never get used to it

Saturday, August 9, 2008

Pink Triangle

Pink Triangle

By Me

Berita, setiap hari ada aja berita dan ada aja yang dijadikan bahan berita, entah berita bagus, entah berita sampah, entah juga sampah betulan dijadikan berita.
Ngomong-ngomong baru saja aku ngelewatin tumpukan sampah yang lumayan juga baunya , mengingatkanku pada bau orang gila yang kemarin kuusir dari rumah Athen.
Dasar orang gila sembarangan aja masuk ke pekarangan orang, untung ketahuan, kalau enggak bisa berabe , soalnya hampir aja dia mau gali tanah di situ entah mau nanam apa.

Athen adalah pacarku, kami baru jadian dua bulan. Tapi enggak tau kenapa baru dua bulan kok aku sudah merasa bosan. Gimana enggak bosan tiap hari dia maunya nempel terus kayak perangko -mungkin kemakan iklan kali-, bukannya sombong tapi kok bisa ya orang maunya deket-deket terus. Menurutku manusia harusnya tidak dibatasi -walau terkadang kita ingin dibatasi- karena berpacaran saja sebenarnya sudah membatasi apalagi kalau tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik.

Ah…langit sudah semakin gelap kupercepat saja langkahku menuju rumah yang tinggal beberapa belokan lagi, ini gara-gara aku nungguin Athen les Balet yang lama banget selesainya plus dia ngegossip ber-haha-hihi…sama temen-temennya yang suka caper dan overacting -aku benci sama temen-temennya-, akhirnya telatlah aku sampai di rumah. Ibuku menanyakan darimana aku pulang sampai selarut ini, aku bilang saja habis nungguin si Athen les Balet. Ibuku hanya diam tak bereaksi dengan wajah dingin. Akupun tak bisa berkata apa-apa lagi dan langsung masuk ke kamar.

Brak…aku langsung menjatuhkan diriku di tempat tidur saking capeknya, seperti tak tertahankan mataku terpejam dan hanya beberapa saat kemudian aku tak sadarkan diri, tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi bertemu seorang nenek-nenek yang menyuruhku untuk memutuskan hubunganku dengan Athen, aku diam saja tak menjawab. Aneh sekali mimpi itu setelah nenek itu selesai bicara aku langsung menghampiri dan menciumnya, yang lebih aneh lagi selesai aku menciumnya dia berubah seketika menjadi seorang gadis yang cantik sekali.

“ Kutunggu kau…” kata gadis berwujud manis itu lembut dan menggoda. Dan aku hanya tersenyum padanya seperti meng-iya-kan segala yang dikatakannya. Tiba-tiba saja aku terbangun dari mimpiku. Aku kebingungan mencoba memahami apa arti mimpi yang baru saja kualami, biasanya aku tak pernah begini, biasanya aku tak pernah perduli apapun mimpi yang mendatangi tidurku, tapi tidak yang ini, yang ini beda, yang ini terasa begitu nyata bagiku. Hmm…aku merenung beberapa saat. Ah sudahlah tidak berarti apa-apa pikirku. Akupun kembali pada tidurku.

Hari sudah pagi akupun bangun dan langsung mengerjakan semua rutinitasku, sholat subuh -alhamdullillah-, mandi -tidak lupa menggosok gigi-, dan sarapan -bubur ayam yang sudah mati. Setelah semua beres berangkatlah aku ke kampus untuk menuntut ilmu yang mungkin saja bisa berguna bagiku bisa juga tidak, tapi aku tidak mau terlalu memikirkannya, yang kupikirkan hanyalah lulus dari tempat itu dan mendapat gelar. Karena tanpa gelar itu orang akan kesusahan mendapatkan pekerjaan yang baik -walau itu bukan jaminan-. Tidak ada sesuatu yang spesial selama aku di kampus sama seperti hari-hari sebelumnya…boring!. Sampai aku merasa seperti melihat seseorang yang mirip dengan gadis yang ada dalam mimpiku semalam. Anehnya, seharusnya aku terkejut atau setidaknya terperangah -karena baru dengan mimpi saja aku sudah dibuat kebingungan- sekarang aku justru biasa-biasa saja melihat seorang perempuan yang melintas di kejauhan dan bertampang atau setidaknya menurut perasaanku mirip dengan gadis yang ada dalam mimpiku semalam, mimpi yang membuatku mempertanyakan maksud mimpi tersebut dan seharusnya lebih bertanya-tanya lagi karena melihatnya di dunia yang nyata, tapi aku justru tak perduli karena aku yang tidak sepenuhnya memiliki konsentrasi saat itu sedang mengalami pengistirahatan otak dan kesadaran karena sudah diperas sebelumnya oleh dosen-dosen pembawa malapetaka catatan dan pengumbar teori membosankan sehingga aku yang saat itu sudah hendak pulang merasa sudah sangat kecapekan -sebenarnya aku punya rencana mau pergi sama Athen tapi tidak jadi karena dia ada urusan keluarga. Begitulah sekilas cerita sebelum pulang dan pada akhirnya akupun sampai di rumah.

“Assallamualaikum” aku memberi salam.

“Tumben pulang cepat” kata ibuku dari dapur menyindir. Aku tidak

menggubris dan langsung menuju kamar.

Saking capeknya aku langsung tidur. Aku tak mengerti kenapa aku secapek ini padahal tidak ada aktivitas berarti yang kujalani. Tapi begitulah akupun tertidur siang-siang bolong. Hal aneh kembali terjadi dalam tidurku aku kembali didatangi mimpi yang sama seperti tadi malam. Benar-benar sama!. Akupun kaget setelah sadar. Dalam mimpi itu aku didatangi nenek-nenek yang sama, kemudian dia berubah jadi gadis cantik, dan begitulah aku dicium lagi oleh si gadis.

Sebetulnya -seharusnya- aku tidak mempermasalahkan mimpi itu, karena itu adalah mimpi yang sangat menyenangkan, gimana enggak, dicium terus sama cewek cakep siapa yang nolak?. Begitu kira-kira argumenku terhadap diriku sendiri. Tapi tetap saja ada sebagian hati kecil yang menuntut untuk penasaran. Jadi aku mengambil keputusan untuk penasaran juga walau hanya sedikit, tetapi aku juga tidak melupakan logikaku yang mengatakan itu hanya mimpi dan itu menyenangkan, jadi peduli amat?

* * *

Sudah seminggu aku tidak didatangi oleh mimpi itu setelah yang ketiga kalinya dia mendatangi dalam tidurku subuh-subuh sebelum aku bangun dan seperti yang sebelumnya mimpi itu sama persis. Jadi setelah dalam seminggu aku tidak didatangi oleh perempuan dalam mimpi, akupun sudah agak-agak melupakan, belum lagi selama seminggu ini adalah hari-hari seru cerita kehidupan antara aku VS Athen!. Ini terasa seperti hari-hari dimana perasaanku terhadapnya sudah puncak. Begitupun si Athen sang cewek bodoh yang selalu kelihatan tolol dengan senyumnya yang palsu. Tapi walau begitu aku tahu kalau dia sayang padaku, begitupun aku walau perkataanku sering menyakitkan, aku tahu itu memang sudah kelakuannya. Dan pada akhir pertengkaran pasti akan selalu ada perkataan maaf, walau ternyata akan terulang lagi pada episode berikut-berikutnya. Begitulah bagian kehidupanku yang menceritakan tentang Athen wanita yang sekarang ada dalam hidupku.

Karena itu hari-hariku di kampuspun belum juga berubah sampai pada suatu ketika aku melihat kembali sesuatu yang pernah berkali-kali aku melihatnya, aku melihat kembali si cewek mimpi, si cewek yang sebelumnya adalah nenek-nenek yang akhirnya menciumku -tentu saja setelah itu dia berubah jadi cewek cantik-, akupun terperangah beberapa saat. Sampai akhirnya dia duduk di sebelahku setelah memesan bakmi dan tehbotol. Kebetulan aku masih berada di kantin bakmi sendirian karena tidak ada kuliah lagi sedang temanku yang lain sudah pergi karena masih ada mata kuliah. Begitu dia duduk dia menegurku dengan menyenangkan

“Hai…”.

“Hai juga…”. Aku terdiam beberapa saat memperhatikannya dan tanpa sadar bertanya-tanya pada diriku sendiri apakah dia sendirian atau ada temannya yang lain, atau apa nanti akan ada cowok yang datang menyusul duduk di sebelahnya dan memanggilnya sayang?, aku berharap tidak. Ternyata dia menyadari aku memperhatikannya -ataukah aku yang terlalu vulgar ?- sehingga dia bertanya

Ada apa sih, ada ketombe ya di rambutku?”. Hah..!? aku kaget, kaget karena dia bertanya dan juga karena pertanyaannya, iya dong gimana enggak kaget yang ada dalam pikiranku kan bahwa dia sama seperti yang ada dalam mimpiku, perkataannya lembut kalau yang ini kok cuek?.

“Ah enggak, enggak ada ketombe kok, memangnya kamu ketombean?”

akhirnya akupun membalas dengan cuek juga.

“Hahaha…, enak aja loe, rambut bagus begini, wangi lagi, di bilang

ketombean sih ?”

“Hehe sori, abis tadi kamu yang nanya ada ketombe apa enggak?”.

“Iya sih, aduh kok lama banget ya bakminya?”

“Udah dua kali belom mesennya?”

“Hah? Belom” katanya bingung.

“Kalau Om Jefri harus dua kali ngomongnya itupun harus rada teriak” aku menjelaskan, dan juga memberi sedikit pengetahuan sejarah tentang prahara Om Jefri yang nama aslinya Jupri dan menurut sejarah turun-temurun di kampus ini bahwa sejak dibangunnya ini kampus 27 tahun yang lalu -waktu itu kira-kira Om Jefri umurnya 51 tahun- dia sudah dipanggil Om oleh orang-orang dan kelihatan sangat bahagia dengan panggilan itu. Si cewek mimpipun tertawa. Merasa tidak nyaman menyebutnya cewek mimpi aku menanyakan namanya. Dia tidak menjawab hanya tersenyum kecil lalu bangkit membayar tehbotol dan tidak jadi makan bakmi.

“Eeh sori ya, aku baru ingat seharusnya aku ada mata kuliah ilmu debus sekarang” katanya padaku sambil buru-buru pergi lalu melihat jam tangannya, entah dia serius atau tidak menyebut mata kuliah yang akan di ikutinya. Ya sudahlah pikirku dia lagi panik dan terburu-buru, alhasil aku tidak mendapatkan namanya apalagi nomor teleponnya. Limabelas menit kemudian tepat ketika batang rokokku yang kedua habis datang juga si Athen -akhirnya, kami memang janjian mau pulang bareng dan akulah yang harus menunggu karena selesai lebih dulu. Aku tidak bercerita pada Athen tentang cewek mimpi itu, karena aku bahkan tidak bercerita padanya tentang mimpi-mimpi itu. Jadi aku bercerita hal-hal lain dengannya. Dan seperti biasa ujung-ujungnya aku dan Athen bertengkar kali ini karena memperdebatkan siapa yang lebih cocok jadi Presiden, antara laki-laki bejad, perempuan murahan, atau bencong jujur?.

Yah akhirnya hari-hariku tetap saja sama, mimpiku tak pernah lagi indah, seiring dengan tidak pernah lagi aku melihat cewek mimpi itu baik dalam mimpi yang palsu maupun dunia yang busuk.

* * *

Athen pindah jadwal ke siang hari sekitar sebulan yang lalu dan aku tetap di pagi sehingga kami tidak pernah pulang bareng lagi. Tapi itu justru berakibat baik karena hubungan kami malah menjadi lebih baik dan menyenangkan. Dia juga bercerita dia punya sahabat baru di kelas siang namanya LaNina. Kata Athen orangnya baik dan si LaNina sering main ke rumah Athen begitu juga Athen. Aku sendiri belum pernah bertemu dengan La, Athen bilang si LaNina memang begitu panggilannya cuma La aja, aku pikir itu cewek aneh juga. Tapi aku enggak perduli, karena hidupku, hubunganku sama Athen sedang nikmat-nikmatnya.

Tetapi berjalan sekitar dua bulan kemudian ada juga sesuatu yang aku merasa janggal dengan Athen akhir-akhir ini, dia tidak mengizinkan aku main ke rumahnya, walau tidak mengatakannya langsung tetapi dia selalu berusaha memberi alasan yang tidak-tidak, pernah katanya WC di rumahnya lagi mampet, pernah katanya anjingnya lagi sakit, pernah katanya dia lagi belajar untuk persiapan EBTANAS padahal dia kan udah kuliah ???. Begitulah aku mendengar alasan-alasan Athen yang makin menggila dan enggak ada hubungannya. Akupun baru sadar setelah beberapa lama karena pada saat-saat dia mulai memberi alasan-alasan menggelikan aku mengira dia bercanda karena tidak terlalu sering dilakukannya, tapi sekarang aku rasa sudah kelewatan dan rasa curigapun timbul.

Selidik punya selidik ternyata -entah berhubungan atau tidak- La hampir tiap hari main ke rumah Athen. Dan sampai suatu saat Athen memberikan alasan waras-nya lagi, katanya orang tuanya lagi pergi ke Timor-timur –yang sedang gencar-gencarnya perang- mau piknik disana jadi aku enggak bisa main ke rumahnya. Cukup sudah kataku, sekarang aku harus mengetahui apa yang terjadi, mengapa aku tidak boleh ke rumahnya?. Segera saja aku pergi menghampiri rumahnya. Sampai depan rumahnya aku mengebel tapi tidak ada yang menjawab karena ternyata belnya rusak dan hanya jadi pajangan biar kelihatan keren. Akupun mengetuk dan mengucap salam, keluarlah pembantunya membukakan lalu aku bertanya apakah orang tua Athen ada di rumah, ternyata memang benar orang tuanya sedang ke luar kota tapi tidak untuk piknik ke Tim-tim melainkan pergi ke Arab untuk main Ski ??!!!??? Nah lho aku tambah bingung, ini pembantu juga gila apa? Ternyata sesaat kemudian pembantunya cekikikan menertawakan leluconnya sendiri dan meneruskan bahwa orang tuanya Athen ada di Ujung Kulon dan memberitahu Athen ada di atas berdua sama La. Akupun naik ke lantai 2, betapa kagetnya aku ketika di ruang tengah lantai 2 itu kutemukan obat-obatan terlarang dan yang membuat aku lebih kaget lagi yaitu bahwa obat-obatan yang ada disitu adalah macamnya pil koplo, nipam, BK, dll, entah ada berapa papan. Ampun kataku dalam hati, jamannya orang sudah rame-ramenya memakai putaw, shabu-shabu, ecstasy, dsb, kok masih nenggak yang beginian?.

Ah sudah bodo amat, tetap saja judulnya narkoba –mau nipam mau putaw sama aja noraknya, dan itu menjelaskan kenapa omongannya ngelantur terus kalo di telepon. Sekarang aku benar-benar sudah akan meledakkan rentetan kata-kata baik itu berupa pertanyaan ataupun cacian. Kulihat pintu kamarnya tajam-tajam seiring dengan langkahku yang melaju mantap menuju kamarnya. Dan akhirnya ketika sampai pada depan kamarnya aku berhenti sejenak dan mulai membuka pelan-pelan pintu berwarna coklat dengan stiker-stiker norak kreasi tempelan adik cowoknya yang bengal dan sekarang disekolahkan di SMP di Bengkulu dan tinggal bersama kakeknya, dan ketika pintu itu akhirnya terbuka tanpa suara, ternyata…betapa kagetnya aku, jauh lebih kaget dari penemuan pil koplo, karena yang aku lihat didalam adalah…cewek mimpiku! ya ternyata sahabat Athen selama ini yaitu La adalah cewek mimpiku itu. Tapi bukan hanya sekedar itu yang membuatku kaget, yang benar-benar membuatku kaget adalah apa yang dilakukannya bersama Athen, bukan sekedar minum koplo tapi dia…dia memagut-magut bibir Athen ??? Apakah mereka...ah tidak!...bagaimana mungkin?...mereka…berciuman!!!.

Ya tuhan, aku benar-benar tidak dapat berkata apa-apa, hanya diam seribu bahasa. Dan begitu mereka melihatku, mereka tersentak sangat kaget. Athen langsung panik seketika tidak tahu harus berkata apa dan berusaha meyakinkan aku kalau itu tidak seperti yang aku pikirkan, ya tentu saja tidak seperti yang aku pikirkan sebelumnya karena memang tidak pernah terlintas dalam benakku walau sedikit-pun dan sekarang aku tidak tahu lagi harus berpikir apa. Aku berusaha untuk mengaburkan kenyataan yang kulihat tapi sama sekali tidak berdaya. Oh tuhan kuatkan hatiku, kuatkan akalku, semoga kau tidak menghukum manusia-manusia biadab yang tidak punya moral dengan terlalu kejam, semoga mereka sadar dan bertaubat. Akupun mundur perlahan-lahan menjauhi kamar melihat Athen yang menangis tersedu-sedu mengeluarkan seluruh air mata buaya yang dimilikinya takut kehilangan muka dan melihat La cewek aneh yang Lesbi itu yang sudah dengan sangat tega mempengaruhi wanita yang kusayangi untuk belajar ‘menyayangi’ wanita lain menatapku dengan dingin tanpa reaksi dan menggulirkan senyum iblis pada bibirnya yang sexy dan menggoda.

Ternyata dalam waktu yang sangat singkat aku berhasil mendapatkan kejutan-kejutan yang sama sekali tidak ingin kudapatkan yang memang benar-benar membuatku terkejut bahkan tersengat hampir mati bila di ibaratkan listriklah yang mengejutkanku –dan mengapa tidak kau sengat saja aku sampai mati. Wanita yang mulai kusayangi ternyata menjalin hubungan gelap yang sangatlah gelap dan menakutkan dengan seseorang yang sangat sukar untuk kupercaya, yaitu seorang wanita lain! Dan ternyata wanita itu adalah wanita yang telah hadir dalam mimpiku nan indah dan menjelma menjadi kenyataan nan laknat !!!.

Memang benar mimpiku itu merupakan pertanda, oh yah pertanda yang sangat sulit untuk kuterjemahkan, karena bukan kebahagiaan yang kudapat, bukan keindahan yang kulihat melainkan rasa pedih yang asing dan teramat sakit yang menghinggap tapi akupun tak akan menyalahkan mataku ini yang dengan terpaksa harus melihat suatu pemandangan yang begitu zalim dan hina. Sekarang aku tak lagi mendengarkan apa yang dikatakan oleh hati kecilku yang ‘bijak’ maupun logikaku yang ‘pandai ’, yang kutahu sekarang adalah…aku ingin pulang, aku harus tidur, karena besok…aku kuliah pagi…

JUST DO IT

JUST DO IT

Terdapatlah sebuah keluarga. Keluarga tersebut dapat dikelompokkan golongan menengah atas. Terdiri atas empat anggota keluarga yang masing-masing terdiri dari ayah, ibu, dan masing-masing seorang anak laki-laki dan perempuan.

Sang ayah bernama Bento. Sang ibu bernama Mona –walau aslinya adalah Maimunah. Anak yang paling besar adalah yang perempuan dengan nama yang indah yaitu Indah. Si bungsu adalah anak lelaki yang gemar olahraga bernama Taufik Hidayat.

Keluarga tersebut adalah keluarga Sukarto. Walau mereka bukan keluarga yang terlalu kaya, dapat dikatakan kehidupan mereka tidak kekurangan sedikitpun secara materi. Rumah cukup besar di daerah elit menjadi bukti nyata yang mereka tinggali. Dua buah mobil dengan warna yang selalu kinclong menjadi pelengkap persyaratan cap kelas menengah atas mereka.

Bento sang ayah bekerja sebagai kepala bagian di suatu kantor milik pemerintah. Tempatnya bekerja itulah yang memberikannya banyak peluang untuk mengais rezeki yang bermanfaat untuk menciptakan dan memperkokoh status keluarganya yang menengah atas tersebut.

Akan tetapi bukan gaji yang diterimanya yang membuatnya mapan. Bento ternyata sangat jeli dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Peluang-peluang tersebut antara lain : sogokan sana-sini, dan sesekali mungkin saja mengambil sedikit kelebihan anggaran yang ‘tidak terpakai’. Dia bersikeras kalau itu bukanlah korupsi. Bahkan tidak dapat disebut kesalahan apalagi dosa. Malah dia selalu beranggapan dia telah berbuat benar karena dana yang tersisa tersebut akan mubazir bila dibiarkan, oleh karena itu dia berinisiatif mengambilnya untuk dimanfaatkan ke hal-hal yang lebih baik. Lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.

Itulah Bento. Sang ayah yang dengan penuh tanggung-jawab memantapkan posisi keluarganya di dalam masyarakat. Keluarga Sukarto selalu hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan, yang antara lain didukung oleh materi yang mereka miliki. Sampai suatu saat, dukungan materi tersebut tidak lagi berpihak.

Bagai petir di siang bolong. Bento di berhentikan secara tidak hormat dari pekerjaannya sebagai abdi Negara. Seluruh asset kekayaannya ditarik. Uang pensiunnya dibatalkan. Seluruh rekening atas namanya dibekukan dan disita. Walhasil, keluarga Sukarto terusir dari rumahnya dan tanpa pernah terpikir sebelumnya, keluarga Sukarto dengan segera mengalami hal yang sangat luar biasa, turun kelas…

Hal ini terjadi tidak lain karena gerakan politik yang memang sedang in saat ini. Pemberantasan korupsi! Entah bagaimana, Bento dapat disebut beruntung karena tidak dijebloskan ke penjara. Entah bagaimana Tuhan mungkin masih memberinya kesempatan untuk hidup dengan pikiran yang lebih lurus.

“ Udahlah Pi (papi) , Mami kan masih ada sedikit tabungan. Kita ngontrak dulu aja rumah yang murah-murah.” Kata Mona sang istri.

“ Atau enggak kita numpang aja dulu di rumah tante Mince” timpal Indah.

“ Tante Mince? Dia kan udah empet ama kita. Gara-gara kita tagihin utangnya waktu itu. Papi sih, udah tau si tante Mince lagi belom ada duitnya waktu itu, ngotot ditagih” kata Taufik Hidayat menambahkan.

“ Iya. Tau deh Papi. Semua salah Papi. Sekarang gimana nih. Kita mau kemana? “ Bento yang dari tadi hanya tertunduk lesu di bangku warteg akhirnya bersuara.

“ Pak, udah pada selese belom makannya?” Tanya tukang warteg.

“ Kenapa mas? Udah mau tutup ya? Ya udah deh berapa semua? “ kata Bento.

Sesaat setelah membayar warteg, keluarga Sukarto melangkahkan kaki mereka dengan diselimuti kegelapan malam tanpa tujuan yang jelas. Bento tiba-tiba mengoceh dan memelas tentang hidupnya yang menjadi hancur seketika itu. Keluarganya hanya mendengarkan tanpa mengeluarkan komentar.

Setelah itu Bento berhenti sebentar dan menghampiri mobil box yang sedang diparkir di pinggir jalan yang kebetulan sedang sepi itu. Rupanya Bento sedang kebelet. Tanpa ragu Bento berdiri tepat di belakang mobil box itu dan membuang hajat kecil yang sedari tadi sudah ditahannya. Keluarganya dengan sabar menunggu di trotoar tidak begitu jauh dari tempatnya berada.

Selagi asyik melancarkan urusannya, tiba-tiba saja mobil box tersebut menyalakan mesinnya. Dan tanpa disangka-sangka mobil box itu memasang gigi mundur dan tanpa sedikitpun menyadari keberadaan Bento yang belum menyelesaikan hajatannya, mobil tersebut mundur dengan lumayan kencang agar dapat keluar dari posisi parkirnya untuk kemudian maju dan meninggalkan Bento yang sekarang sudah terkapar tidak sadarkan diri di atas aspal dan dialiri air kencingnya sendiri. Sayup-sayup Bento mendengar teriakan histeris keluarganya.

Ketika Bento akhirnya sadar, dia mendapati dirinya berada di tempat tidur di sebuah rumah sakit. Dia melihat keluarganya sedang duduk mengelilinginya.

“ Dimana nih? “ begitulah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya.

“ Di rumah sakit. Papi lumyan parah ketabrak.” Jawab sang istri.

“ Oh! Iya! Papi ketabrak ya?” kata Bento seolah baru mengingat.

“ Hah?? Ini di rumah sakitkan? Be..berapa Mi, biayanya?” Bento langsung dapat memahami bahwa karena dia dirawat berarti membutuhkan biaya pengobatan.

“ Ehh…du…dua juta…” jawab istrinya dengan sedikit ragu-ragu.

Bentopun kembali pingsan.

Setelah berhasil dibangunkan kembali oleh keluarganya, Bento segera memikirkan langkah-langkah penghematan.

“ Udah kalo gitu. Itu asuransi-asuransian ditutup aja udah. Orang kita juga udah gak mampu lagi ngebayar iurannya. Ya mi, besok langsung ke kantor asuransi.” Kata Bento memberi pengarahan pada sang istri.

“ Udah deh Pi. Biar Taufik cari kerja aja kalo gitu.” Taufik Hidayat mecoba menunjukkan dedikasi untuk menolong keadaan keluarganya.

“ Eh..eh enggak usah deh. Udah kamu kuliah aja selesein dulu. Nanti jadi berantakan lagi malah kuliahnya.” Kata sang ibu.

“ Iya. udah kamu tenang aja.soal duit. Nanti Papi aja yang cari kerjaan.” Timpal sang ayah.

“ Tenang aja semuanya. Indah cari om-om kaya aja buat dikawinin, jadi kita selamat semuanya.” Kata Indah sekarang dengan mantap.

“ Udahlah kamu pada gak usah terlalu emosi gitu. Udah pada kuliah dulu selesein. Masih ada sisa duit tabungan kok. Asal kita hemat abis-abisan.” Kata sang ibu lagi.

*****

Keesokannya Mona sang ibu pergi ke kantor asuransi.

“ Mbak, saya mau nutup asuransi saya.”

“ Ibu mau nutup asuransinya?” kata pegawai asuransi yang menerima tante Mona dengan agak heran sambil melihat data jenis asuransi yang dibeli oleh Mona dan keluarganya tersebut.

“ Iya.” jawab Mona singkat.

“ Baik bu. Tunggu sebentar ya.” Pegawai tersebut langsung mengecek-ngecek data di computer.

Sambil menunggu data-datanya di cek, Mona melihat-lihat informasi-informasi di dinding kantor tersebut yang menerangkan asuransi dan besaran uang yang diterima bila memang terjadi sesuatu.

KECELAKAAN : Rp. 10.000.000,00

Seketika saja Mona terbelalak melihat info tersebut. Dengan secepat kilat dirinya bagai baru di sadarkan oleh info tersebut bahwa apa yang sedang dilakukannya sekarang mungkin adalah kesalahan terbesar yang mungkin akan dilakukan seumur hidupnya.

“ Eh, emh..mbak..mbak. Coba liat bentar deh data-data yang saya kasih.” Pegawai tersebut memberi kembali dokumen-dokumen yang tadi diberikan oleh Mona.

“ Eh ini mbak. Saya salah. Maksud saya, saya mau perpanjang, bukannya batalin. Hahaha…” jawab Mona salah tingkah.

Pegawai tersebut hanya kebingungan selama beberapa saat dan tidak menanyakan lagi keanehan Mona.

Kemudian pada hari itu Mona sibuk mengurus segala sesuatu tentang pencairan dana asuransi bagi suaminya tercinta.

“ Nih, pi! Hihihi liat nih! Kita dapet duit!” Mona bercerita sambil kegirangan pada suaminya di rumah sakit.

Bento yang pada awalnya bingung pada asal-muasal uang yang di dapat istrinya, pada akhirnya ikut dilanda kebahagiaan setelah mengetahui perkara asuransi yang ternyata membawa berkah bagi mereka.

Setelah mengobrol panjang lebar dengan istrinya tiba-tiba Bento mendapatkan ide.

“ Wah mi. tau gak artinya ini?”

“ Apaan pi artinya?” jawab sang istri bingung dengan sikap tiba-tiba sang suami.

“ Kita gak perlu bingung lagi!” sang istri masih terdiam belum mengerti perkataan sang suami.

“ Ini kayak semacam undian. Tapi bedanya, ini lebih baik dari undian. Karena kalo undian, kita Cuma kemungkinan dapetnya sekali seumur hidup, malah bisa sama sekali gak dapet. Tapi kalo ini..hehe..hahahaha…” Bento tiba-tiba terlihat menjadi gila.

“ Pi. Apaan sih maksudnya? Mami masih gak ngerti.”

“ Kita bisa dapet duit dari asuransi mi!”

“ Ya tapi kan kalo cedera pi baru dikasih duitnya.”

Bento membalas perkataan istrinya dengan senyuman.

“ Ma…maksud papi?” istrinya mulai mengerti apa yang ada di pikiran suaminya.

“ Iya. Papi kan bisa cedera lagi. Bahkan bisa berkali-kali. Makanya papi bilang ini lebih baik dari undian. Kita selamat Mi !!!”

*****

Di rumah kontrakan keluarga Sukarto yang baru, mereka mengadakan rapat keluarga. Bento yang sudah keluar dari rumah sakit menjelaskan panjang lebar perihal ide gemilang temuan sang istri dan dirinya pada dua anak mereka, Indah dan Taufik Hidayat. Kedua anak itu terbengong-bengong mendengarkan ide gila ayah mereka.

Akan tetapi sang ayah kemudian memberi mereka data dan fakta yang berisi segala informasi yang memungkinkan bahwa uang dari asuransi dapat menyelamatkan mereka. Bahkan tidak hanya menyelamatkan, tetapi dapat membuat mereka kembali pada status mereka sebelumnya, kembali ke kelas menengah atas…

Tanpa berlama-lama, keluarga itu menunjukkan kekuatan solid mereka sebagai satu keluarga yang kompak. Pemikiran mereka benar-benar sama-sama menyetujui dan meyakini ide gila tersebut sebagai peluang yang memang disediakan untuk diambil oleh mereka.

Maka pada malam hari, mereka segera memutuskan untuk mencederai sang ayah. Tentu saja karena sang ayah sendiri yang menuntut agar dirinyalah yang harus cedera disebabkan pemikiran bahwa dialah yang harus memikul tanggung-jawab keluarga.

“ Cepet Fik. Satu jari hilang jumlahnya 15 juta.” Kata Bento yang telah menyiapkan tangannya di atas meja.

“ Pi..gak mau pi…huhu…taupik gak bisa pih…” kata taufik hidayat menangis memelas karena tidak tega memotong jari ayahnya sendiri, walaupun sang ayah yang memaksanya. Sang istri dan anak perempuannya Indah juga menangis di belakangnya.

“ Udah, cepet! Mami! Ambil pisau dapur, cepet Mi!!” teriak Bento cengan tegas.

Mona dengan berat hati memberi pisau dapur yang diambilnya dari dapur pada sang anak, Taufik Hidayat menerimanya dengan air mata yang makin membanjiri mukanya.

“ Cepattt!!! Taufik!!!” teriak sang ayah.

“ Iyaaaaa pi!!!!!!!! AHHHHH!!!!!” Taufik Hidayat mengacungkan pisau itu tinggi-tinggi. Tapi kemudian ternyata dia meletakkan kembali pisau itu dan menangis.

“ Huhuhu…gak bisa pi…maaf pi…”iba Taufik Hidayat.

“ Nak, ini satu-satunya cara kita.” Bento meyakinkan anaknya dengan bijak.

Selama beberapa saat Taufik Hidayat terdiam. Kemudian dia pergi ke kamar dan ketika dia kembali dia membawa sebuah kapak besar di tangannya. Keluarganya diam terbelalak melihatnya. Terutama Bento.

“ Baik pi. Kalo kita emang harus ngelakuin. Kita harus ngelakuinnya dengan cara cepat.” Sekarang terlihat keyakinan pada muka Taufik Hidayat.

“ Ayo pi. Taro tangannya di meja.” Kata Taufik lagi.

“ I..iya..nak..” jawab sang ayah sekarang malah menjadi agak ngeri.

Dengan sedikit gemetar Bento meletakkan tangannya kembali ke atas meja.

“ PAPII…MAAFIN TAUFIKK!!!!!”teriak Taufik sambil mengayunkan kapaknya.

AAAHHHHHHH!!!!!!

BRAKKKKK!!!!

Semua yang ada di ruangan itu berteriak. Ketika mereka melihat hasil pekerjaan Taufik, mereka mencoba melihatnya dengan takut-takut.

Bento mengangkat tangan yang salah satu jarinya seharusnya putus tersebut. Ternyata jari-jarinya masih lengkap.

“ I..iya..ya. kayaknya kita musti cari cara yang gak seseram ini ya…?” kata Bento dengan gemetaran karena masih shock. Ternyata Bento menarik jarinya pada saat-saat akhir kapak diayunkan. Semua yang ada disitu akhirnya bernapas lega.

Keluarga Sukarto mencari cara lain untuk cedera. Dan mereka menemukannya. Kecelakaan mobil.

Bahkan bukan hanya Bento yang cedera. Satu keluarga Sukarto mengalaminya. Walau kecelakaan itu sebetulnya tidak direncanakan sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa kecelakaan tersebut adalah keberuntungan yang tidak diduga sebelumnya.

Mengapa disebut keberuntungan? Hal tersebut mungkin terjadi karena mobil yang mereka kendarai adalah mobil bekas yang dibeli dengan sangat murah serta diperbolehkan untuk dibayar dengan menyicil. Ketika mereka baru saja mengambil mobil tersebut untuk mereka bawa pulang, di tengah perjalanan tanpa ada tanda-tanda apapun, mereka ditabrak oleh truk yang dibawa oleh supir yang mabuk.

Keberuntungan mereka tidak hanya itu. Selain mereka akhirnya cedera, mereka juga mendapatkan cedera yang sangat sesuai dengan harapan mereka. Keluarga Sukarto luka parah! Sungguh beruntung nasib keluarga Sukarto.

Hasil dari kecelakaan yang mereka alami adalah 100 juta rupiah! Hasil itu adalah gabungan dari uang asuransi masing-masing individu yang terluka.

Semenjak saat itu keluarga Sukarto makin memantapkan keyakinan mereka bahwa uang dari asuransi adalah pekerjaan tetap mereka. Keluarga Sukarto semakin mantap dan terus memperdalam pengetahuan mereka tentang segala seluk beluk asuransi. Merekapun makin mahir dalam mencederai diri.

Karena pekerjaan mereka yang dilakukan dengan makin professional dari waktu ke waktu itu, keluarga Sukarto terus menambah pundit-pundi harta mereka. Puncaknya adalah mereka membeli rumah yang bahkan lebih besar dari rumah mereka dahulu. Keluarga Sukarto telah menjelma menjadi pengusaha paling sukses dalam bidang asuransi. Tentu saja bukan sebagai penjual produk asuransi, akan tetapi sebagai pembeli produk asuransi. Mungkin baru keluarga Sukarto yang dapat sukses dengan cara menjadi konsumen. Hebat.

Waktu berlalu. Keluarga Sukarto memiliki filosofi baru yang mereka pegang teguh bersama. Seperti slogan merk Nike. Bahkan memang mereka meminjam slogan Nike tersebut untuk memotivasi perbuatan mereka, terutama di saat mereka sengaja mencederai diri mereka. Just Do It…lakukan saja, jangan ada keraguan.

Keluarga Sukarto benar-benar nekat melakukan apa saja agar dapat cedera. Beberapa contoh di antaranya, Taufik Hidayat pernah suatu waktu sengaja mencegat truk penuh tentara dan menghina mereka dengan mengatakan bahwa tentara-tentara itu semuanya bau. Tentu saja sekitar 30 tentara yang terdapat di truk tersebut turun dan memukuli habis-habisan Taufik Hidayat sampai babak belur. Semua tentara itu dibuat bingung dengan senyum di wajah Taufik sesaat sebelum dia pingsan tak sadarkan diri.

Bento mengalami patah kaki ketika dia turun dari bis kota yang belum sempat di rem dengan kaki kanan dahulu dan bertepatan dengan motor yang sedang melaju kencang di samping bis.

Mona mengalami patah di bagian pinggang ketika dia mengambil box makanan yang berada di urutan paling bawah di sebuah hypermarket. Susunan kardus-kardus makanan diperkirakan setinggi 3 meter. Ketika Mona berhasil mengeluarkan box yang paling bawah, segera box-box yang berat tersebut berjatuhan menimpanya.

Indah berhasil mematahkan satu jari tangannya ketika dia bermain boling dengan memilih bola boling yang paling kecil yang ukuran lubang untuk jarinya teramat sempit. Ketika dia melempar bola boling tersebut, bola itu sama sekali tidak terlepas dari tangannya. Terdengar bunyi klek yang cukup memilukan ketika itu.

Begitulah pekerjaan yang digeluti oleh keluarga Sukarto sehari-hari. Mereka hidup bahagia dalam penderitaan. Kalimat yang cukup aneh memang. Akan tetapi kalimat tersebut bukanlah kiasan, melainkan betul-betul keluarga Sukarto bahagia dengan cara menciptakan derita atas tubuh mereka.

Sepandai-pandai tupai melompat akan jatuh juga. Begitulah kata pepatah. Suatu hari keluarga Sukarto mendapatkan kunjungan tak terduga. Kunjungan seorang agen khusus yang bertugas menyelidiki keanehan-keanehan yang terjadi pada rekening asuransi orang-orang yang mendapatkan kucuran dana asuransi.

“ Saya tau anda sekeluarga melakukan penipuan asuransi.” Kata agen tersebut dengan dingin.

“ Ini surat panggilan ke pengadilan. Jangan coba-coba kabur, karena percuma.” Agen tersebut melanjutkan dan memberikan sepucuk surat pada Bento. Setelah memberikan surat, agen tersebut pergi dari rumah keluarga Sukarto.

Keluarga Sukarto panic bukan main. Akan tetapi bukan keluarga Sukarto namanya kalau menyerah begitu saja. Mereka segera menyusun rencana. Rencana yang sebenarnya cukup gila. Akan tetapi bila melihat pikiran keluarga Sukarto tentu saja sudah tidak ada lagi yang bisa disebut gila, karena semua pemikiran mereka dapat dikatakan gila.

Rencana itu adalah menjebak agen tersebut agar menikahi Indah.

“ Huhuhu gak mau pi…masa’ Indah musti dikawin paksa. Huhuhu…gak mau pi…” Indah memohon dalam tangisan.

Indah. Kamu tau kan kalo itu cara yang terbaik. Enggak ada cara lain lagi. Kalo kamu gak mau, kita semua masuk penjara.” Terang sang ayah dengan bijaksana.

Tentu saja pada akhirnya Indah menuruti kemauan ayahnya. Pemikiran bahwa sang agen harus mengawini putrinya tentu saja karena tidak mungkin bila sudah menjadi keluarga maka dia tetap akan menyeret mertua, saudara ipar dan tentunya istrinya sendiri ke meja hijau untuk diadili.

Langkah berikutnya tentu saja memikirkan bagaimana menarik sang agen agar mau menikahi Indah. Tentunya dengan jebakan. Entah bagaimana, keluarga Sukarto berhasil menjebak sang agen datang ke rumah mereka. Ketika berada di rumah keluarga Sukarto, ternyata hanya ada Indah seorang diri. Selanjutnya Indah beraksi agar sang agen -yang mereka ketahui adalah orang yang alim- agar mau mendekap tubuh Indah. Pada saat itu Indah yang baru selesai mandi pura-pura terjatuh. Atas permintaan Indah (pemaksaan lebih tepatnya), sang agen mau mengurut tubuh molek Indah.

Tentu saja ketika sang agen mengurut tubuh Indah yang hanya mengenakan handuk, keluarga Sukarto yang lain dengan ajaib tiba-tiba muncul dan menangkap basah sang agen yang sedang asyik bermesraan dengan putri keluarga Sukarto. Dengan dalih harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya dan juga dengan ancaman akan dituduhkan mencoba memerkosa putri mereka, sang agen tunduk pada tuntutan keluarga Sukarto untuk mengawini putri mereka. Walhasil, pernikahan antara sang agen yang bernama Rhoma dan Indah berlangsung dengan cepat dan tanpa gembar-gembor sedikitpun. Selamatlah keluarga Sukarto.

Tanpa dinyana sebelumnya, ternyata pernikahan tersebut dijalani kedua pasangan dengan bahagia. Indah dan Rhoma saling jatuh cinta!

Rencana keluarga Sukarto ternyata berjalan bahkan lebih baik dari yang diperkirakan. Rhoma pada akhirnya menjadi kaki tangan keluarga Sukarto. Akan tetapi pada suatu hari Rhoma berpikir bahwa perbuatan menipu asuransi ini harus berhenti sebelum benar-benar tertangkap. Bento menolak usulan Rhoma. Bento beralasan tidak satupun keluarga Sukarto memiliki pekerjaan, bahkan lebih jauh lagi Bento mengatakan bahwa Rhoma sebentar lagi memasuki masa pensiun, sehingga darimana dia akan menafkahi Indah?

Rhoma kemudian memikirkan solusi lain.

Berarti harus pake asuransi jiwa.” Katanya singkat pada keluarga Sukarto.

“ Asuransi jiwa?” Bento bertanya.

“ Iya. Rajanya asuransi. Kalo tembus bisa sampe miliaran dapetnya.”jelas Rhoma lagi.

Keluarga Sukarto terbelalak mendengarnya. Kemudian mereka melompat kegirangan. Mereka tidak terlalu lama girang.

“ Tapi kan? Berarti harus ada yang meninggal dulu?” Bento baru menyadari.

“ Enggak perlu kita yang meninggal.” Kata Rhoma lagi.

“ Papi sama Mami punya saudara jauh enggak? Yang yatim piatu. Yang bener-bener gak pernah diperhatiin sedikitpun. Bisa dibilang, orang enggak akan ada yang nyadar kalo dia bahkan hilang entah kemana.” Rhoma menutup penjelasannya.

Keluarga Sukarto segera bergerak mencari apakah mereka memiliki famili yang sesuai dengan kriteria yang dijelaskan Rhoma. Ternyata mereka menemukannya.

Nama anak itu adalah Delon. Keluarga Sukarto mengajak Delon untuk tinggal bersama mereka. Walau sempat dibuat bingung pada awalnya, tentu saja Delon menerima tawaran dengan senang hati. Keluarga Sukarto segera membuatkan asuransi untuk Delon.

Selama beberapa bulan Delon tinggal bersama keluarga Sukarto. Ternyata tingkah anak itu sungguh menyebalkan. Yang membuat keluarga itu berpikir pantas saja anak ini sebatang kara. Bahkan keluarga Sukarto juga sampai berpikir apa jangan-jangan kedua orang tuanya bunuh diri karena tidak tahan akan kelakuan anaknya.

Delon adalah seorang pemuda dengan usia 27 tahun. Pekerjaannya tidak pernah tetap. Akan tetapi akhirnya Delon ketahuan mendapatkan uang dengan cara mencopet. Sasarannya biasanya adalah nenek-nenek dan anak SD.

Belum lagi tingkah lakunya di rumah. Delon ternyata tidak memiliki rasa hormat sama sekali terhadap keluarga Sukarto. Seenaknya dia meminjam celana Bento. Tidur siang di kamar Indah dan Rhoma. Dan berbagai hal aneh yang sangat menyebalkan.

Puncaknya terjadi ketika dia meminta Indah untuk mandi bersama. Seketika saja kesabaran Rhoma habis. Dia berniat membunuh Delon. Dia berhasil dicegah.

Memang rencana awal keluarga Sukarto dapat dikatakan sangat kejam. Karena keluarga Sukarto berniat untuk membunuh Delon dan mendapat uang asuransi dari kematiannya. Tetapi entah kenapa mereka akhirnya tidak sampai hati melakukannya.

Delonpun direncanakan untuk diusir dari rumah itu. akan tetapi Delon tidak mau dan mengancam akan membunuh mereka semua. Akhirnya Delon dibiarkan tinggal di rumah itu.

Keluarga Sukarto mendapatkan keberuntungan lagi. Beberapa hari setelah Delon menolak keluar dari rumah mereka, Delon meninggal dunia!

Si malang Delon terpeleset di kamar mandi dan terjatuh membentur kepalanya hingga menyebabkan kematian. Keluarga Sukarto bersuka-cita karenanya. Tanpa di duga mereka tidak perlu membunuh Delon dengan tangan mereka sendiri. Setidaknya itulah fakta yang ditarik oleh polisi. Bahwa Delon mati karena kesalahannya sendiri yang terpeleset di kamar mandi. Atau mungkinkah ada yang membuatnya seolah-olah terpeleset hingga terlihat seperti kecelakaan?

Akan tetapi pada keluarga Sukarto tidak terlihat bahwa mereka memang membunuh Delon. Seluruh keluarga Sukarto terlihat benar-benar seperti tidak habis pikir bahwa Delon mati terpeleset di kamar mandi. Semua keluarga Sukarto tentu saja walau menerima kematian Delon dengan sukacita tetap menimbulkan wajah shock pada muka mereka. Semua keluarga Sukarto kecuali satu orang.

Pada malam harinya, ketika mereka sedang mengadakan pesta kecil di rumah, orang yang satu itu mengajukan ide pada keluarga Sukarto.

“ Mendingan kita ngerayain ini semua ke Villa di Puncak aja. Villanya yang sepi tapi. Jauh dari keramaian. Abis kan kita udah dibuat pusing selama beberapa bulan gara-gara Delon ini. Gimana, setuju enggak?” kata Taufik Hidayat mengajukan idenya.

“ Iya..iya. bener tuh. Yuk, besok aja kita langsung pergi ke Puncak cari Villa. Hm yang sepi ya? Iya bener juga ya, enak yang sepi-sepi, biar kita relax..” Jawab sang ayah dengan antusias.

Keluarga Sukarto yang lain juga menyetujui ide bagus dari Taufik Hidayat tersebut.

“ Iya. Yang sepi…” tergulir senyum dingin di bibir Taufik Hidayat.

Di adaptasi dari film Korea berjudul sama : Just Do It.